FOTO BERSAMA

FOTO BERSAMA
Keluarga Besar Lemkari Yapalis Karate Club Krian

SELAMAT JUMPA DI BLOGGER LEMKARI YAPALIS KARATE CLUB KRIAN

ILMU BELADIRI KARATE SEJATI ( yapalis karate club )

“ Ilmu Beladiri “ dijaman sekarang telah menjadi ajang pamer kegagahan, keindahan “ Seni” dan kekuatan fisik belaka. Mereka seakan “Lupa” bahwa Inti dari belajar Beladiri adalah untuk mendapatkan “ Ilmu beladiri “ yang tidak terbatas, jangan cuma hanya pada pengertian sempit yaitu “ Ilmu berkelahi “ saja.

“ Ilmu Beladiri Karate Sejati “ memiliki makna yang sangat luas bagi kehidupan yang sedang kita jalani ini, karena didalam ilmu tersebut diajarkan bagaimana kita dapat mengalahkan tantangan-tantangan hidup yang datang dari luar yaitu : cuaca panas- dingin, mencari nafkah, kelaparan, kehausan, serangan binatang buas atau manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki rasa welas asih serta datangnya penyakit, demikian pula serangan yang datangnya dari dalam diri sendiri, seperti halnya perasaan takut, rasa cemas, frustrasi, keragu-raguan, kebencian, kemarahan, kesedihan dan kesenangan yang berlebihan.

Semua itu hanya dapat dihadapi dan ditanggulangi dengan memiliki “Ilmu Beladiri Karate Sejati “ yang berisikan tentang kesadaran sejati, sikap belas kasih, penyabar, menghormati dan menghargai orang lain, suka menolong, kejujuran, kesungguhan hati, kesetiaan, keberanian, menggunakan logika, ketegaran hati, jiwa besar dan jiwa kesatria.

Sebagai manusia yang berilmu beladiri Karate sejati dan berpengetahuan, kita harus “menghargai diri kita sendiri “, tidak benar jika kita membiarkan diri kita dianiaya baik secara fisik maupun perasaan oleh pihak lain,… “ Orang yang berjuang untuk membela dirinya sendiri dapat digolongkan sebagai orang yang sedang melaksanakan Ibadah”.


Selamat datang

LEMKARI YAPALIS KARATE CLUB KRIAN

( SIDOARJO – JAWA TIMUR – INDONESIA )

Karate adalah seni bela diri dan sistem pertahanan diri. Secara harfiah "karate-do" berarti cara dari tangan kosong, mengacu pada fakta bahwa praktisi hanya menggunakan tangan, kaki dan tubuh. Karate juga didirikan pada tradisi filosofis dan spiritual dan berkembang tidak hanya tubuh tetapi juga pikiran dan karakter.Pada akhirnya tujuan karate tidak kecakapan fisik tetapi pengembangankeseimbangan, harmoni dan semangat melalui pelatihan disiplin yang Bumiputera berupaya menumbuhkan Anda dengan kedamaian dan keutuhan karakter untuk memperkaya hari-hari kehidupan.

LEMKARI YAPALIS KARATE CLUB ini memiliki instruktur yang berpengalaman,termasuk Instruktur Kepala Sensei Rudy Purnawan ( DAN IV Karate )
Shotokan berfokus pada Kihon (dasar), Kata (bentuk) dan Kumite (sparring) untukmengembangkan berbagai teknik yang kuat dan dinamis. Karena penekanan kuat pada dasar-dasar itu adalah mudah bagi pemula untuk melatih sama dengan individu yang lebih berpengalaman.

karate Terminologi

ichi 1
ni
2
san
3
shi
4
go 5
roku
6
Shichi
7
hachi
8
ku
9
ju
10

Posisi/Sikap
zenkutsu
sikap Dachi depan
hachiji
sikap alami Dachi
kokutsu
sikap Dachi kembali
kiba
sikap Dachi kuda
sochin
sikap tidak bergerak Dachi
neko ashi
sikap Dachi kucing
shizen tai
sikap siap

Teknik Menangkis/Memblokir
age uke Menangkis/blok keatas/meningkat
ude uke Menangkis/blok lengan dari luar tengah
gedan barai
Menagkis/blok ke bawah
uchi uke
Menangkis/blok lengan dari dalam
Shuto uke
Menagkis/blok dengan pisau tangan
kakiwake uke
Menangkis/blok dua tangan memisahkan

Teknik lengan tangan
tsuki
pukulan
oi zuki
melangkah dalam pukulan
gyaku zuki
terbalik pukulan
kizami zuki
jab pukulan
nukite
pukulan tombak tangan terbuka rapat
ura-ken
lecutan/hentakan pukulan

EMPI pukulan siku

Teknik kaki
keri
tendangan
maeh geri
depan sekejap tendangan
mawashi geri
tendangan dari arah samping
yoko geri
sisi kekomi dorong tendangan
yoko geri keage
sisi sekejap tendangan
Ushiro geri
kembali tendangan

Pengartian
jo Dan
kepala tingkat
chu Dan
perut tingkat
Ge Dan lebih rendah tingkat
sanb
on kumite tiga langkah perdebatan
ippon kumite
satu langkah perdebatan
jiyu kumite
semi-bebas perdebatan

Ketentuan Lain
kihon
dasar pelatihan
kiai
semangat fokus
kime
fokus
rei
hormat

Yoi sikap alami
Yame
berhenti
mawatte
mengubah
Hajime
mulai
mokuso
meditasi
Seiza
berlutut posisi

Total Tayangan Halaman

Kamis, 20 Mei 2010

LEMKARI YAPALIS KARATE CLUB KRIAN ( Sidoarjo ) menyerahkan IJAZAH KARATE kepada KARATEKA YAPALIS KARATE CLUB Tahun 2010

FOTO BERSAMA PARA KARATEKA LEMKARI YAPALIS KARATE CLUB KRIAN
DALAM KEGIATAN PENERIMAAN IJAZAH KARATE DENGAN JALAN SANTAI
PACET ( MOJOKERTO ) MENUJU SMA AL-ISLAM KRIAN ( SIDOARJO )
01 s/d 02 Mei 2010





JALUR JALAN SANTAI YANG DILALUI PARA KARATEKA YAPALIS KARATE CLUB KRIAN









PESERTA JALAN SANTAI LAGI MAKAN PAGI(SARAPAN)






SHINSAI RUDY PURNAWAN MEMBERIKAN PENGARAHAN KEPADA KARATEKA YANG TELAH SELESAI MENJALANKAN KEGIATAN JALAN SANTAI DAN PENYERAHAN IJAZAH KARATE







PHOTO BERSAMA SHINSAI RUDY PURNAWAN DENGAN KARATEKA LEMKARI YAPALIS KARATE CLUB KRIAN - SIDOARJ0








Senin, 05 April 2010

Tips bela diri paling praktis *** ( Y K C ) ***

Terinspirasi oleh jurnal yang ini, saya berinisiatif membagikan beberapa tips untuk mempertahankan diri yang insya Allah mudah untuk dipraktekkan siapa saja. Mudah-mudahan bermanfaat, dan semoga tips-tips ini bisa membantu kita menyelamatkan diri dari bahaya yang diakibatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.
Ada beberapa prinsip yang harus kita ingat dalam bela diri praktis, antara lain :
• Tidak ada aturan. Ini bukan pertandingan persahabatan di gelanggang yang menjunjung tinggi sportifitas. Tidak ada aturan bagi siapa pun yang melibatkan diri di dalamnya. Penyerang Anda tidak akan pusing memikirkan aturan, dan Anda pun sebaiknya melupakan segala aturan.
• Anda tidak perlu memikirkan nasib lawan. Orang yang menyerang Anda tiba-tiba di jalan tidak akan memikirkan keselamatan Anda. Karena itu, saya sarankan Anda mengesampingkan semua aspek moralitas barang sejenak dan memprioritaskan keselamatan pribadi di atas segalanya. Lagi pula, tidak ada jaminan Anda hanya akan diserang oleh satu orang.
• Hindari bergumul. Bergulat gaya Royce Gracie di UFC dulu memang kelihatannya keren, tapi sebaiknya jangan digunakan. Akan menjadi masalah besar jika Anda bergumul dengan lawan secara rapat, sementara ia menyimpan sebilah pisau di saku celananya. Kalau ia sempat meraih saku, tamatlah sudah. Di samping itu, bergumul dengan satu orang akan sangat membahayakan jika lawan Anda banyak. Sementara Anda bergumul dengan yang satu, datanglah yang lain. Namanya juga penjahat, tentu tidak sportif!
• Jangan terintimidasi. Jangan terpengaruh dengan suaranya yang menggelegar, kata-katanya yang kotor, wajahnya yang jelek, atau tubuhnya yang penuh tato. Anda mesti ingat bahwa manusia yang merasa perlu mengintimidasi orang lain adalah manusia yang memiliki rasa takut dalam dirinya. Andaikan ia memiliki kekuatan besar, misalnya bisa meremukkan pohon beringin, maka ia tidak akan merasa perlu mengintimidasi lawan. Sekali sentil pun musuh melayang.
• Kondisikan diri. Jangan ada keraguan. Sadarlah bahwa tidak ada pilihan selain melawan. Jika Anda masih ragu-ragu untuk melawan, maka jangan lakukan! Lawanlah jika Anda memang yakin. Jika belum yakin, maka yakinkanlah diri terlebih dahulu!
• Bersiap untuk apa pun. Namanya juga penjahat, mereka sudah terbiasa hidup curang. Anda tidak boleh berpikir bahwa mereka akan datang dengan tangan kosong hanya karena Anda tidak punya senjata. Anda pun sebaiknya berpikir dengan cara mereka. Kalau tiba-tiba ada sebatang linggis melintang di dekat kaki, mengapa harus gengsi? Ambil dan manfaatkan!
• Sadar tempat. Jangan mau didesak. Jika tempat Anda berpijak itu ramai, jangan mau dipojokkan ke tempat sepi. Tidak ada salahnya berteriak minta tolong agar penjahat itu diringkus ramai-ramai. Perhatikan keadaan sekitar. Adakah yang bisa dimanfaatkan demi keselamatan pribadi? Jika Anda yakin bisa menaklukkan mereka jika satu lawan satu, tidak ada salahnya lari ke gang yang sempit. Kalau ada tempat gelap yang berbahaya namun Anda sudah hapal luar kepala, tidak ada salahnya lari ke sana dan membereskan lawan-lawan Anda. Seluruh alam bisa digunakan sebagai senjata. Jangan ragu mendorong lawan agar jatuh ke jurang!
• Titik-titik berbahaya. Anda tidak perlu berlelah-lelah mengadu otot dengan lawan. Kalau lawan banyak, maka Anda perlu menghemat tenaga. Seranglah daerah-daerah yang berbahaya saja. Mata, kemaluan dan lutut adalah tiga titik penting yang harus Anda ingat baik-baik. Satu serangan kuat ke salah satu dari tiga titik itu sudah bisa menjamin kemenangan.
Berikut ini adalah tips-tips bela diri praktis yang bisa saya bagi. Barangkali tips-tips di bawah ini terkesan kejam, tapi beginilah keadaan di jalanan yang sebenarnya.
• Pandangan. Mata tidak boleh terfokus pada satu bagian dari tubuh lawan. Mata harus bisa melihat seluruh tubuh lawan dengan bahu sebagai titik fokusnya (meskipun tetap tidak terfokus 100% pada bahu). Melihat bahu ada manfaatnya untuk menebak serangan lawan, karena biasanya bahu akan bergerak duluan sebelum menyerang, kecuali jika ia adalah ahli bela diri yang sangat terlatih. Jika mata Anda terfokus pada tangan, maka Anda tidak akan bisa mengawasi kakinya, demikian pula sebaliknya. Seluruh gerakan lawan harus bisa terlihat. Hal ini bisa dilatih, bahkan jika lawan berjumlah lebih dari satu orang.
• Wajah lawan. Ya, sebagian besar preman memang jelek. Tapi tidak usah melihat wajahnya, karena yang menyerang adalah tangan dan kakinya, bukan wajahnya. Berhentilah menatap wajahnya. Kalau ia mendekatkan wajahnya, maka segera ambil kesempatan untuk melukai matanya.
• Emosi. Jangan terlalu percaya pada mitos Dragon Ball. Manusia yang mengamuk tidak akan bertambah kuat. Serangannya pun akan semakin ngaco. Jika lawan hanya satu, ada baiknya memprovokasi lawan, misalnya dengan meludahi mukanya atau balas memaki. Tidak ada salahnya, ini cuma psy-war. Setelah emosinya terpancing, gerakannya akan menjadi serampangan dan susah terkendali.
• Anting dan telinga. Jika lawan mengenakan anting, apalagi yang ukurannya besar, maka bersyukurlah! Lawan semacam ini mudah dihadapi jika kita tahu caranya. Cukup dengan menarik anting-anting itu sampai putus, maka dijamin ia akan bersimbah darah dan kesakitan. Tidak akan fatal sampai melenyapkan nyawanya, tapi kemungkinan besar ia akan terlalu sakit untuk meneruskan pertarungan. Siapa suruh jadi penjahat? Oya, jika tidak ada anting, daun telinga juga bisa sobek jika ditarik dengan keras. Mengapa tidak?
• Dinding atau selokan. Jika di belakang Anda ada dinding atau selokan, ada baiknya memanfaatkannya untuk membenturkan kepala lawan atau melemparnya agar jatuh. Ketika dia menyerang, manfaatkan momentumnya!
• Lutut dan kemaluan. Gunakan tendangan hanya untuk menyerang dua titik ini saja. Jika Anda menendang terlalu tinggi, lawan akan mudah menangkisnya. Sebaliknya jika Anda menendang ke bagian yang rendah, biasanya preman yang tidak terlatih bela diri tidak akan sempat mempertahankan diri. Jika lawan melakukan tendangan tinggi, tangkislah dengan tangan sambil menyerang bagian kemaluan atau kakinya yang sedang berpijak di atas tanah.
• Atas-bawah. Mata di atas, lutut dan kemaluan di bawah. Lakukanlah serangan tipuan dengan berganti-ganti antara serangan atas dan bawah. Biasanya preman bukanlah ahli bela diri. Jika kita berpura-pura akan menyerang ke arah kepalanya, paling-paling ia akan menyiapkan double cover layaknya petinju. Nah, itulah saat yang tepat untuk menyerang lutut atau kemaluan! Demikian juga jika Anda melakukan serangan tipuan ke arah lutut, dan lawan menyambutnya dengan menurunkan kedua tangannya, Anda tidak perlu ragu untuk menyerang mata atau telinga lawan.
• Tulang kering. Jangan terlalu takut pada lawan yang suka menendang. Jika ia mengumbar tendangan, dekati sedikit dan benturkan tulang keringnya dengan otot lengan atau siku Anda. Kemungkinan besar dialah yang akan mengerang kesakitan.
• Jarak. Jika jarak Anda dengan lawan cukup rapat, maka tidak bijaksana untuk memaksakan memukul dan menendang. Gunakan serangan dengan siku dan lutut. Agak jauh sedikit boleh menggunakan pukulan, sedangkan jarak yang lebih jauh lagi mengharuskan Anda menggunakan teknik tendangan. Jarak yang cocok untuk tendangan jangan digunakan untuk menyerang dengan siku, demikian pula sebaliknya.
• Sesuaikan dengan situasi. Jangan berharap akan terjadi kondisi ideal. Andalah yang harus menyesuaikan diri dengan situasi, bukan situasi yang menyesuaikan diri dengan Anda. Lakukan apa yang Anda anggap perlu untuk menyelamatkan diri. Ingat, apa pun sah dalam rangka menyelamatkan diri. Apa pun!

Bela diri Praktis *** ( Y K C ) ***

SUdah lama pengen nulis tentang ini...bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi hanya untuk berbagi pengetahuan. Toh apa yang kutahu takkan berkurang bila kubagi dengan yang lain......
Beladiri...Terkadang mendengar kata tersebut sudah membuat sebagian orang ciut nyali atau bahkan berpikir bahwa beladiri adalah sesuatu yang sulit dan melelahkan. Padahal, menurutku, beladiri amatlah diperlukan terutama bagi kaum hawa, mengingat tingkat kriminalitas yang terus menunjukkan kenaikan dan sebagian besar korban adalah kaum perempuan.
Beladiri, yang sepertinya terlihat keras dan gagah, sebenarnya juga bisa tampil atau terlihat menarik, karenanya, beladiri juga merupakan suatu bentuk seni...dan sebagai salah satu bentuk atau bagian dari seni, beladiri terus berkembang sesuai dengan kebutuhan si pemakainya.
Berdasarkan penggunaan alat, seni beladiri bisa dikelompokkan menjadi tiga, yakni beladiri dengan senjata tajam, beladiri dengan senjata tidak tajam - seperti kayu, dan beladiri tangan kosong. Dari ketiga pembagian besar tersebut, seni beladiri masih dibagi lagi menjadi berbagai cara, jenis, aliran, dan nama. Bahkan tiap suku, ras, bangsa, bisa memiliki aliran dan jenis beladirinya masing-masing. Tak heran bila, di suatu wilayah saja bisa berkembang lebih dari 3 jenis dan aliran beladiri. Itu belum termasuk berbagai lembaga beladiri lho....Contoh dari seni beladiri tersebut adalah silat, aikido, karate, judo, wushu, jujitsu, kendo, kempo,gulat, capoeira, taekwondo, dan masih banyak lagi (gak mungkin aku sebutin semuanya...banyak banget, Bro)
Naaah...mengingat (nah lho dari tadi mengingat mulu nih) ada puluhan bahkan ratusan seni beladiri yang berkembang dalam masyarakat, dan sebagian besar diantaranya butuh waktu yang relatif lama untuk mempelajarinya, maka aku tidak akan menulis tentang masing-masing aliran dan jenisnya. Aku hanya menuliskan beberapa hal praktis tentang seni beladiri yang bisa dengan mudah dilakukan oleh siapapun tanpa harus memakan waktu yang lama...
Ada aturan yang berlaku umum dalam beladiri, yakni:
1. Jangan mencari musuh adalah aturan utama yang harus ditaati...tapi apabila sudah terlanjur ketemu musuh....ya usahakan untuk lari (hehehe). Ini tidak bercanda....lari atau ambil langkah seribu adalah jurus paling gampang dan ampuh untuk dilaksanakan....
2. Bila sudah ketemu musuh, jaga jarak aman adalah wajib dilakukan...jarak aman adalah jarak lebih dari satu meter antara dua orang yang berhadapan. Dalam jarak aman ini, orang yang di berhadapan tidak bisa saling memegang, menarik atau memukul. Karena gerakan tangan terbatas, maka dalam jarak ini, tendangan kaki adalah cara paling efektif untuk melukai seseorang. Tendangan paling efektif adalah ke titik2 lemah tubuh, yakni kepala (terutama bagian belakang kepala), wajah ( mata dan hidung), leher (tenggorokan), perut (ulu hati), dan pastinya adalah kemaluan....Satu hal yang perlu diingat adalah usahakan telapak kaki yang kena titik sasaran, dan bukan punggung kaki (atau bagian telapak kaki yang biasanya menghadap ke atas---aku gak tahu namanya...hihihi) yang cenderung lebih lemah dan mudah dipatahkan. Kalau tidak bisa menendang, gunakan alat apapun yang dipegang saat itu, misalnya payung atau tas tangan untuk memukul musuh dengan sekuat tenaga dan harus dilakukan dengan cepat supaya tidak sempat dipegang atau ditangkis oleh musuh...(butuh latihan sih)
3. Kalau ternyata kita terjebak dalam jarak pukul...ya pukul saja dengan sekuat tenaga dan secepat mungkin ke bagian terlemah tubuh (sama seperti titik sasaran tendangan di atas). Siapapun orangnya (kecuali yang biasa berlatih keras), akan kesakitan bila dipukul titik2 lemahnya...terutama mata, pangkal hidung, leher, dan kemaluan...Tangan adalah bagian tubuh yang paling banyak bisa digunakan untuk melukai orang, bisa dengan memukul, menampar, menarik, menusuk dengan jari tangan, atau mencakar...Yang paling harus diingat waktu memukul adalah pukul dengan bagian depan tangan yang terkepal erat, jangan pakai tangan terbuka, atau telapak tangan, karena tenaga yang dihasilkan kurang begitu besar. Kecuali untuk tamparan yaa.....Selain itu, lekukan antar jari tangan adalah bagian lemah yang bisa cedera parah bila terpukul. Selain pakai tangan, dalam jarak yang begitu rapat, kaki pun masih bisa digunakan untuk menyodok (pakai lutut) atau menginjak. Ada lagi yang bisa digunakan untuk melawan yakni GIGI...yup mengigit dengan keras bisa bikin lawan kesakitan lho.....apalagi kalau bisa gigit sampai berdarah atau kulit lawan terkoyak....
4. Satu lagi yang musti diingat adalah JANGAN PANIK....emang sulit sih, gimana enggak panik kalau tiba2 ada orang yang nodong pakai golok atau parang di tempat yang sepi dan gelap...hiiiiiyyyyy....tapi bagaimanapun juga PANIK tidaklah menyelesaikan masalah. PANIK bukan hanya bikin pikiran kalut, tapi juga bisa bikin lawan atau penyerang ikutan PANIK dan jadi membabi buta alias kalap....
5. BERDOA...karena hanya ALLAH YANG MAHA AKBAR yang bisa dan MAHA MELINDUNGI hambaNYA....
Naaah berhubung kantorku makin sepi dan dingin...perutku juga menjerit minta makan, jadi segini dulu deh..tulisan tentang beladiri, walaupun sebenernya masih buanyaaak buangeeet info tentang bela diri yang mudah dan cepat diterapkan oleh siapa saja....Kapan2 disambung lagi yaaa......selamat mencoba.....

Gichin Funakoshi & Masatoshi Nakayama *** ( Y K C ) ***

Meskipun banyak yang menuduhnya sebagai otak dibalik munculnya kompetisi karate, Nakayama tampaknya sangat berhati-hati menanggapi masalah ini. Nakayama sadar bahwa esensi karate yang berubah akibat kompetisi adalah pertanyaan yang sangat sensitif dan sulit dijawab. Sehingga hingga kini memang sulit dibuktikan apa tujuan sebenarnya Nakayama menggelar acara itu. Murid-murid Nakayama yang paling awal seperti Hirokazu Kanazawa (SKIF), Keigo Abe (JSKA) dan Tetsuhiko Asai (JKS) bahkan tidak mengetahui motif Nakayama. Orang terdekat Nakayama yaitu Teruyuki Okazaki (ISKF) yang membantunya meriset peraturan kompetisi juga tidak mampu berkomentar banyak. Satu-satunya argumentasi Nakayama berkaitan dengan hal ini adalah, dirinya menambahkan peraturan olah raga dalam karate untuk menghindari resiko cedera akibat teknik yang tidak terkontrol. Hal itu dilakukan setelah Nakayama mengamati kumite yang terjadi tahun 1930-an.

Harus diakui pernyataan itu tidaklah cukup menjawab alasan sebenarnya Nakayama berani menggelar kompetisi karate. Akibatnya munculah pernyataan yang serba spekulatif dari publik karate dunia. Misalnya kompetisi sebenarnya tidak lebih dari upaya Nakayama untuk mempopulerkan karate JKA keluar negeri. Seperti telah diketahui bahwa orang barat sulit menerima karate karena filosofinya yang rumit dan dinilai tidak masuk akal. Gegap gempita kompetisi karate seakan telah melupakan pandangan orang barat tentang filosofi karate. Bagi mereka karate mirip dengan olah raga seperti basket yang berusaha mencuri poin sebanyak mungkin. Sehingga jika melihat cabang JKA yang kini tersebar di luar negeri, tidak heran banyak yang mengidolakan sosok Nakayama.

  1. Nakayama percaya bahwa dirinya tidak pernah ingin atau telah melanggar prinsip Funakoshi meski menyebarkan semangat karate dengan jalan yang berbeda. Keyakinannya senada dengan yang pernah diungkapkan Funakoshi bahwa karate sebenarnya seni bela diri yang tidak pernah selesai. Artinya, di masa depan karate akan terus berkembang dan berubahkare na dipengaruhi oleh banyak orang dan banyak hal.

"Saat aku mati kelak, aku berharap master Funakoshi tidak akan memarahiku karena memperkenalkan karate sebagai kompetisi olah raga (sport karate). Namun kukira dia tidak akan terlalu kecewa. Dia ingin aku menyebarkan karate-do ke penjuru dunia, dan kompetisi karate telah berhasil mewujudkannya." - Masatoshi Nakayama -.

Tentang Gichin Funakoshi *** ( Y K C ) ***

Jika ada laki-laki yang dipercaya menempatkan karate sampai dapat diterima di Jepang, dan pada posisi yang dapat dinikmati oleh orang-orang Jepang, dialah Gichin Funakoshi. Dilahirkan di Yamakawa Prefektur Shuri Okinawa tanggal 10 November 1868, Funakoshi masih memiliki garis darah keturunan keluarga samurai salah satu bangsawan di Okinawa. Funakoshi terlahir bukan sebagai anak yang sehat karena seringnya sakit-sakitan. Namun dari ketekunannya mampu menjadikannya Shotokan sebagai salah satu aliran karate yang tidak hanya empat besar di Jepang namun terbesar didunia.

Akibat kondisi fisiknya yang kurang baik, orang tuanya membawanya pada Azato dan Itosu untuk belajar karate. Selain dari mereka Funakoshi juga menerima pelajaran dari Arakaki Seisho (yang dipercaya menemukan kata unsu) dan Sokon Matsumura yang merupakan tokoh sentral dari tidak hanya 4 besar aliran karate di Jepang namun juga aliran karate lain.

Funakoshi diberikan kepercayaan oleh para tokoh bela diri di Okinawa membawa karate ke Jepang. Sekitar tahun 1916 demonstrasi pertama karate diluar Okinawa dilangsungkan. Butokuden yang saat itu adalah pusat seni bela diri dan olahraga Jepang masa itu dipilih sebagai tempat untuk melakukan demonstrasi. Namun sayang sekali demonstrasi itu tidak berlangsung sukses, hal itu karena kebanyakan orang Jepang tidak tertarik dengan bela diri tangan kosong. Karena saat itu sudah ada Naginata (bela diri bersenjata tongkat dengan pisau tajam diujungnya) dan kendo yang merupakan penerus dari teknik samurai.

Walau demikian tawaran demonstrasi berikutnya datang dari calon putra mahkota negeri Jepang yang berkunjung ke Okinawa. Dan sekitar tahun 1922 awal musim panas Funakoshi kembali melakukan demonstrasi di Tokyo atas prakarsa Menteri Pendidikan Jepang. Demonstrasi ini berjalan sukses, Jigaro Kano (salah satu pendiri Judo) sangat terkesan dengan demonstrasi itu dan meminta Funakoshi tinggal di Jepang. Sejak saat itu Funakoshi tinggal di Jepang.

Selama di Jepang Funakoshi tinggal di Suidobata, sebuah asrama kecil di Tokyo. Siang hari Funakoshi bekerja sebagai tukang kebun dan penjaga asrama. Untuk membayar makanannya, Funakoshi membujuk koki diasrama itu dan sebagai ganti diajarinya karate. Dan sejak saat itu banyak bermunculan klub karate baik di sekolah maupun universitas. Begitu antusiasnya orang-orang Jepang berlatih karate, sampai-sampai sulit ditemukan tempat kosong untuk berlatih. Tiap hari diisi dengan latihan karate di hampir seluruh pelosok Jepang.

Di Jepang langkah modernisasi karate yang dilakukan Gichin Funakoshi diantaranya tahun 1931 pengubahan huruf kanji karate yang sebelumnya lebih bermakna Cina kini dengan dialek Jepang berikut huruf kanjinya namun dengan pengucapan yang sama. Untuk penegasan pengubahan dialek dan penulisannya, dalam bukunya Karate-do Kyohan yang terbit tahun 1936 Funakoshi menggunakan perubahan ini. Selain itu juga pengubahan dan penulisan nama-nama kata yang sebelumnya masih menggunakan dialek Okinawa. Hal itu penting dilakukan agar karate dapat diterima oleh budaya Jepang. Selama di Jepang pula Funakoshi menulis buku-buku yang terkenal sampai sekarang. Setelah Karate-do Kyohan adalah buku Karate-do Nyumon yang diterbitkan tahun 1943.

Sekitar tahun 1936 (ada yang mengatakan tahun 1937, ada pula yang 1939) dojo yang pertama berdiri di Meishojuku. Murid-murid Funakoshi menganugerahkan nama Shotokan pada papan nama perguruan sebagai penghormatan dan penghargaan pada Funakoshi. Walau demikian, sebenarnya Funakoshi tidak pernah memberikan nama apapun pada alirannya. Namun sayangnya dojo ini hancur karena saat itu Jepang dilanda serangan akibat Perang Dunia II. Setelah perang tahun 1949 pengikut Funakoshi kembali bersatu, dan mendirikan sebuah wadah yang bernama Asosiasi Karate Jepang (Japan Karate Association) dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepala.

Funakoshi sangat menekankan murid-muridnya agar menguasai teknik-teknik dasar sebelum belajar tingkat lanjut. Adalah keyakinan Funakoshi bahwa karate adalah seni bela diri daripada olah raga. Bagi Funakoshi kata adalah karate. Dalam bukunya Karate-do Kyohan Funakoshi menyatakan,

’’Beberapa anak muda antusias pada karate percaya bahwa karate hanya bisa dipelajari lewat instruktur di dojo. Walaupun kebanyakan dari mereka adalah orang yang mahir teknik, tetapi bukanlah karateka sejati. Sebuah nasihat bijak berkata bahwa semua tempat dapat menjadi dojo, dan itu berarti setiap orang yang ingin mengikuti jalan karate tidak boleh lupa hal ini. Karate-do tidak hanya berlatih cara membela diri tapi juga menguasai seni untuk menjadi bagian anggota masyarakat yang baik dan jujur.’’

Hal ini juga yang mempertegas keyakinannya untuk mencari kesempurnaan karakter dari berlatih karate daripada sekedar memecahkan rekor atau prestasi. Gichin Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Kebanggaan yang Membahayakan *** ( Y K C ) ***


Suatu sore, saat baru saja kulewati usiaku yang ketiga puluh, aku berjalan pulang dari Naha ke Shuri. Jalan yang kulalui begitu sepi dan semakin sepi setelah melewati Kuil Sogenji. Sepanjang jalan di sebelah kiri terbentang sebuah pemakaman, dan didekatnya terdapat sebuah kolam besar yang jauh di masa lalu digunakan para pendekar untuk memberi minum kudanya.

Di samping kolam ada sebidang tanah kosong dengan sebuah panggung dari batu ditengah-tengahnya; disinilah anak-anak muda Okinawa datang untuk menguji kekuatannya dalam pertarungan gulat. Tidak seperti biasanya, saat aku lewat beberapa anak muda tengah melakukan pertarungan gulat.

Seperti yang telah kutulis sebelumnya, gulat Okinawa sangatlah berbeda dengan apa yang dikerjakan di Jepang. Aku sangat gemar dengan olah raga itu dan (harus kuakui) mempunyai cukup rasa percaya diri. Aku berdiri dan mengamati untuk sejenak. Kemudian tiba-tiba salah satu dari mereka berteriak padaku, “Hei kau! Kemari dan cobalah! Kecuali tentu saja kau takut.”

“Benar!” teriak yang lain. “Jangan hanya berdiri dan melihat saja. Itu sangat tidak sopan!”

Aku benar-benar tidak ingin mencari masalah, karena itu aku berkata, “maafkan aku, tapi aku harus pergi sekarang,” dan mulai melangkah pergi.

“Oh tidak, kau tidak bisa pergi begitu saja!” Bersamaan dengan itu sepasang anak muda berlari mengejarku.

“Melarikan diri?” ejek salah satu dari mereka.

“Apa kau tidak punya sopan santun?” yang lain bertanya.

Bersama-sama keduanya meraih bajuku dan menyeretku ke panggung batu itu. Disana tengah duduk seorang laki-laki yang tampak lebih tua yang kupikir bertindak sebagai wasit – dan mungkin pegulat yang terkuat di kelompok ini. Tentu saja aku bisa menggunakan kemampuan yang kumiliki dan melarikan diri tanpa perlu kesakitan, namun kuputuskan untuk bergabung dalam olah raga itu. Pertarungan pertamaku, dengan yang terlihat paling lemah dari semuanya. Aku menang mudah. Anak muda yang kedua juga menjadi korban yang mudah. Dan begitu pula yang ketiga, keempat dan kelima.

Sekarang hanya tersisa dua laki-laki, salah satunya adalah wasit, dan keduanya terlihat seperti lawan yang tangguh.

“Baiklah,” kata si wasit dengan sebuah anggukan pada yang lain, “sekarang tiba giliranmu. Apa kau siap bertarung dengan orang asing ini?”

“Aku takut tidak dapat bertarung lagi,” aku menjawab. “aku rasa sudah cukup, dan aku juga yakin tidak akan menang. Permisi.”

Namun mereka mendesakku. Lawanku yang berikutnya dengan pandangan marah, mencengkeram tanganku hingga aku tidak punya pilihan untuk bertarung. Pertarungan ini juga menjadi milikku, dan dalam waktu yang cepat.

”Sekarang aku benar-benar harus pergi,” aku berkata. “Terima kasih. Permisi.”

Kali ini, tampaknya alasanku diterima. Namun saat aku mulai beranjak pergi menuju ke arah Shuri, aku mempunyai sebuah firasat akan terjadi sesuatu di tengah perjalanan. Dan ternyata aku benar, belum seberapa jauh kudengar suara dibelakangku.

Beruntung bagiku, sebelumnya saat meninggalkan Naha, aku sudah menyiapkan sebuah payung yang membantuku saat hujan.

Sekarang hujan telah berhenti, aku menggunakan payung itu sebagai tongkat untuk berjalan; ternyata payung itu juga berguna. Selanjutnya kuputuskan menggunakan payung itu sebagai senjata untuk membela diri, karena itu aku membukanya dengan cepat dan mengarahkannya kebelakang kepalaku untuk menghindari sebuah serangan dari belakang.

Baiklah, aku tidak akan membuat panjang cerita ini. Sekalipun ada tujuh atau delapan orang dalam kelompok itu, aku berhasil menghindari seluruh serangan yang ditujukan padaku, sampai akhirnya kudengar suara dari laki-laki yang lebih tua berkata, “Siapa laki-laki ini? Tampaknya dia tahu karate.”

Seranganpun dihentikan. Mereka berdiri mengelilingiku sambil menatap dengan marah, namun tidak ada serangan lagi begitu juga usaha untuk menghentikanku untuk meneruskan perjalanan lagi. Saat berjalan kembali kubaca sebuah sajak kesukaanku sambil mendengarkan suara gerakan yang mencurigakan, namun tak ada siapapun.

Saat aku tiba di Shuri, aku dipenuhi dengan penyesalan yang dalam. Kenapa aku harus terlibat dengan pertarungan gulat itu? Aku bertanya pada diriku, apakah hal itu hanya rasa ingin tahu belaka? Namun jawaban yang sebenarnya memasuki pikiranku: hal itu terjadi karena aku begitu percaya diri dengan kekuatanku. Pendeknya, hal itu adalah kebanggaan semata. Hal itu sebuah ejekan pada semangat karate-do, dan aku merasa sangat malu. Sekalipun kuceritakan kisah itu sekarang, setelah bertahun-tahun kemudian, aku masih merasa sangat malu

Jelajah Kyoto : Menikmati Festival Jion ***( Y K C )***

Jepang adalah negara yang moderen dengan banyak budaya tradisional. Meski dalam ilmu dan teknologi mereka terdepan diantara negara lain, namun budaya warisan nenek moyang tidak mereka tinggalkan. Karena itu jangan heran jika ditengah padat dan majunya kota Tokyo yang disebut salah satu kota tersibuk di dunia, masih ada ruang untuk kuil yang berusia ratusan tahun. Bangunan tradisional itu seakan tidak tergerus oleh arus modernisasi. Inilah salah satu poin lebih dari bangsa Jepang.

Salah satu kekayaan bangsa Jepang adalah beragam festival (matsuri) yang umumnya digelar setiap tahun. Perayaan itu umumnya digelar untuk memperingati momen khusus seperti musim panas, musim panen, ritual keagamaan, dan masih banyak lagi. Salah satu festival terbesar yang rutin digelar tiap tahun adalah festival Jion (ada yang menyebut Gion). Jadi ingat dengan salah satu kata Shotokan ? Anda tidak perlu heran karena masih ada hubungan dengan kata wajib Shotokan itu, meski hubungannya hanya sekedar persamaan nama. Sebenarnya ada pula biksu Budha bernama Jion, namun sangat sulit melacak kebenarannya.

Arti Jion dalam kata Shotokan sendiri bermacam-macam. Ada yang mengartikannya dengan pengampunan – lihat pada gerakan awalnya – namun ada juga yang menganggap nama kata ini berasal dari nama biksu Budha yang datang ke Okinawa. Kemudian biksu tadi mengajarkan ilmu bela dirinya pada orang-orang Okinawa, selanjutnya nama biksu tadi dijadikan sebagai nama kata. Ada juga yang menyatakan nama Jion diambil berasal dari nama kuil Budha. Dan memang, Jion adalah kata yang sarat dengan nuansa Budhisme. Bahkan dari salah satu sumber ada yang menyatakan kalau dilihat dari atas embusen (arah gerakan) kata Jion ini membentuk huruf Budha. Serba misterius memang.

Festival Jion pertama kali terjadi tahun 869 Masehi ketika bencana dan wabah penyakit melanda Kyoto. Masyarakat saat itu percaya musibah terjadi karena kemarahan dewa. Karena itu kepala pendeta Kuil Yasaka memerintahkan masyarakat untuk membuat semacam rakit kayu. Tidak sekedar membuat dan mengusung rakit kayu, masyarakat saat itu juga berdoa agar kemarahan dewa-dewa Shinto mereda. Setelah bencana berakhir, ritual itu tetap dipertahankan hingga sekarang.

Kuil Yasaka yang sebelumnya bernama Jion san (atau kuil Jion) menjadi pusat festival tahunan ini. Kuil Yasaka terletak di Kyoto yang terkenal dangan banyaknya kuil tradisional. Tidak kurang dari 1800 kuil kuno tersebar di kota kecil ini. Jika di Indonesia Kyoto kurang lebih sama seperti Jogja. Jika tertarik sejarah Jepang dan ingin melihat Jepang di masa lalu, lebih baik mengunjungi Kyoto. Kota ini terletak sekitar 200 mil arah barat dari Tokyo. Butuh waktu sekitar tiga jam perjalanan menggunakan Tokaido Shinkansen (kereta super cepat Jepang). Momen yang sangat tepat adalah saat festival Jion yang diadakan setiap bulan Juli dari tanggal 1 sampai tanggal 31.

Saat festival Jion masyarakat akan mengenakan yukata dan geta (pakaian tradisional Jepang yang umumnya dipakai saat festival). Mereka memadati jalanan kota Kyoto menyaksikan yama dan hoko yang diarak keliling kota. Yama adalah rakit kayu yang beratnya sekitar 1.200 s/d 1.600 kg (cukup berat!) dan didorong sekitar 12 s/d 14 orang. Sedang hoko adalah rakit kayu yang beratnya sekitar 12.000 kg (sangat berat!) setinggi kira-kira 6 meter dan diusung oleh sekitar 30 s/d 40 orang.

Festival ini mencapai puncaknya pada tanggal 17 yang disebut dengan Yamahoko Junko. Saat itu tidak kurang dari 25 yama dan 7 hoko dengan berbagai hiasan dan ornamen tradisional nan eksotik ditampilkan. Konon hiasan berwarna-warni itu diperoleh di abad ke 15 tidak hanya dari Jepang namun juga negara lain yaitu Turki, India, Belgia dan Persia. Masing-masing rakit didorong oleh pemuda Jepang yang mengenakan pakaian tradional. Mereka mendorong rakit dengan meneriakkan yel-yel yang khas. Diatas yama dan hoko ada sekelompok orang yang memainkan musik tradisional Jepang.

Apa yang paling menarik dari festival Jion ? Tentu saja Yama dan hoko super berat yang diarak keliling Kyoto. Momen yang sangat sayang untuk dilewatkan hingga masyarakat dan turis akan berdesakan di tepi jalan menyaksikannya. Walaupun sudah membayar tiket yang lumayan mahal (tidak kurang dari 3.000 yen), Anda tetap harus berangkat pagi-pagi agar mendapat tempat. Setelah Yamahoko Junko selesai kota Kyoto tidak akan sepi begitu saja. Masih banyak hal-hal unik lainnya seperti pasar tradional di Takashimaya dan Nishiki-Koji. Tempat-tempat ini menjual berbagai barang dan jajanan khas festival yang layak dibeli.

Yah, Kyoto benar-benar kota yang menarik. Dibanding Tokyo dan Osaka yang penduduknya super sibuk dan berjalan cepat karena dikejar waktu, Kyoto justru sebaliknya. Anda akan sering melihat penduduk setempat yang berjalan santai, padahal soal sibuk dengan Tokyo tidaklah berbeda. Disamping itu ada banyak kuil yang layak dikunjungi. Anda tidak perlu khawatir karena jarak tiap kuil umumnya tidak begitu jauh dan cukup ditempuh dengan berjalan kaki. Jika Anda lelah, tenaga dapat dipulihkan dengan mampir ke tachigui (warung tradisional ala Kyoto) yang menawarkan semangkuk soba atau udon (semacam mie) dengan cita rasa yang yang menggoda plus harga yang tidak mahal. Benar-benar pengalaman yang sangat sayang dilewatkan.

Perjumpaan dengan Seekor Ular Berbisa *** ( Y K C ) ***


Di Okinawa, ada seekor ular ganas yang sangat beracun yang bernama habu. Syukurlah, gigitannya tidak lagi menjadi hal yang menakutkan daripada ketika masa mudaku, jika seseorang sampai digigit pada tangan atau kakinya, satu-satunya jalan untuk menyelamatkan hidupnya adalah segera memotongnya. Sekarang sebuah obat penawarnya yang mujarab tengah dikembangkan, tetapi harus langsung disuntikkan sesegera mungkin setelah gigitan. Habu dari Okinawa, yang panjangnya enam sampai tujuh kaki tetaplah seekor binatang buas yang harus dihindari.

Kembali ke masa lampau sebelum dikembangkannya obat penawar, pada suatu malam aku pergi ke rumah Master Azato untuk waktunya berlatih karate. Ini terjadi beberapa tahun sesudah pernikahanku, dan aku meminta anakku yang tertua yang masih disekolah dasar menemaniku dengan membawa lentera kecil yang akan menerangi jalan yang akan kami lalui di pulau ini pada malam hari.

Ketika kami berjalan melewati Sakashita, antara Naha dan Shuri, kami melewati sebuah kuil tua yang dibangun untuk menghormati dewa kuno dan untuk menyembah Dewi Pengampun, yang dalam Jepang moderen disebut Kannon. Baru saja kami melewati kuil, aku melihat samar-samar ditengah jalan sebuah benda yang pada mulanya aku kira kotoran kuda. Tetapi seiring kami berjalan semakin dekat aku sadar bahwa apa yang telah kulihat dalah sesuatu yang hidup, dan tidak sekedar hidup melainkan juga bersiap menyerang, menatap marah pada dua pengganggu.

Ketika anakku melihat dua mata yang tajam berkilau dimalam hari, dan lalu diterangi cahaya lentera, lidah merah yang tajam menjulur keluar, dia menjerit ketakutan dan melompat kearahku sambil memegang kakiku dalam ketakutannya. Dengan cepat kusembunyikan dia dibelakangku, kuambil lentera darinya dan mulai mengayunkannya pelan-pelan dari kanan ke kiri, menerangi mataku untuk mengawasi ular itu.

Aku tidak mampu, tentu saja, mengatakan berapa lama kejadian ini berlangsung, tetapi akhirnya ular itu tetap menatapku, berjalan menyusur ke kegelapan kebun kentang terdekat. Itulah saat satu-satunya aku dapat melihat betapa besar dan panjangnya habu itu.

Sebelumnya aku sudah sering melihat habu, tapi tidak hingga malam itu kulihat satu ekor yang bersiap menyerang. Sebagaimana yang diketahui orang-orang Okinawa tentang sifat ular yang berbahaya ini, aku sangat ragu jika ular ini akan menyingkir dengan begitu tenang, begitu tunduk tanpa membuat suatu serangan. Dengan sangat takut kupegang lentera didepanku saat aku berjalan mengendap-endap ke kebun mencari ular tadi.

Kemudian aku menemukan dua mata yang bersinar terkena cahaya lentera dan aku sadar ternyata habu tadi memang benar sedang menungguku. Dia sudah menyiapkan jebakannya dan sekarang menungguku untuk memasukinya. Untunglah begitu melihatku dengan lentera yang mengayun ini, ular itu membatalkan serangannya dan saat ini menyingkir demi kebaikannya kedalam kegelapan kebun itu.

Tampaknya aku telah mendapat pelajaran yang penting dari ular itu. Ketika kami melanjutkan perjalanan menuju rumah Master Azato, aku berkata pada anakku,"Kita semua tahu bahayanya habu. Tetapi saat ini hal itu tidak membahayakan. Habu yang telah kita jumpai tampaknya memahami taktik dari karate, dan ketika dia menyusur kedalam kebun itu bukanlah melarikan diri dari kita. Dia sedang menyiapkan sebuah serangan. Habu itu mengerti dengan sangat baik semangat karate"